Minggu, 31 Maret 2013

What does it feeling

bismillahirrahmanirrahiim....

Bermula ketika seorang handai mengirim pesan kepadaku Aisyah, handai itu bernama Rahman. Dengan niat yang baik Rahman mengirimkan pesan kepadaku perihal seorang sahabat yang mempunyai itikad baik untuk menyempurnakan separuh dien nya sebagai seorang hamba yang taat, yang ingin menunaikan sunnah Rasulullah SAW, karena beliau sebaik-baik uswatun hasanah. Sore itu Aisyah sedang bersantai di rumah, membaringkan tubuhnya di sebuah sofa di ruang tamu yang berukuran tidak terlalu luas. Melepas penat dari rutinitas pekerjaan yang melelahkan raga. Berkawankan sebuah tab berukuran 7", Aisyah pun mulai berselancar ke dunia maya. Dibukanya satu persatu address, dan mulai membaca berita terkini untuk menambah khasanahnya. Berita tentang dunia politik dalam negri, dan luar negri pun juga dibacanya. Setelah merasa cukup dengan informasi yang didapatkan, Aisyah membuka salah satu situs jejaring social yang lagi ngetrend saat ini "facebook". Situs yang mengantarkan pioneer nya sebagai salah satu orang muda terkaya di dunia saat ini. Cursor laptop pun menelusuri fitur-fitur FB, dan sampailah pada "message". Betapa terkejutnya Aisyah ketika membaca sebuah pesan dari seorang handai yang sudah lama tidak menjalin komunikasi dengannya. Dalam pesan tersebut, Rahman mempunyai maksud untuk menyampaikan amanah dari seorang sahabat, sahabat, teman, dan se-tim dalam perhalqohan dimana Rahman kajian islam. Seolah Aisyah tidak percaya dia akan mendapatkan pesan yang membuat hati seorang akhwat seperti dia deg-deg an sesaat. hummm... Namun pesan itu tidak segera dibalas olehnya.
Malam hari, ketika suasana rumah mulai hening, sambil membaringkan tubuh di atas ranjang, Aisyah pun memikirkan tentang pesan tersebut. Dalam benaknya, Aisyah bergumam, "tidak mungkin untuk menyambut itikad baik ikhwan itu, karena Aisyah masih dalam status berproses dengan salah satu ikhwan". Maka malam itu sudah diputuskan apa yang seharusnya Aisyah katakan pada ikhwan tersebut. BismikaAllahumma ahya wa bismika amuut.... Semoga esok hari lebih baik aamiin ya rabbal 'alamiin...
Esok hari, di tempat kerja, ikhwan yang dimaksud pun mengirim pesan kepada Aisyah. Namanya Ali, alumni salah satu politeknik di kota Aisyah berdomisili untuk saat ini. Hanya sedikit informasi yang di dapatkan oleh Aisyah dari Rahman temannya. Ali pun mempertanyakan keputusan Aisyah, apakah bersedia menyambut nya atau tidak. Aisyah pun dengan ragu-ragu tapi hal ini harus disampaikan mengatakan kepada ikhwan tersebut kalau maksud baik ikhwan tersebut tidak bisa Aisyah terima, karena Aisyah sedang berproses dengan ikhwan yang lain. Ada rasa penyesalan sedikit dalam hati terdalamnya. Namun, itulah yang seharusnya Aisyah katakan. Dengan mempertimbangkan hati ikhwan yang sedang bertaaruf dengannya. Meskipun belum ada ikatan khitbah dengan ikhwan tersebut. Aisyah pernah mendengar tsaqofah tentang seorang akhwat boleh saja menerima proses dengan ikhwan lain sementara dia berproses dengan ikhwan yang lain, karena belum ada ikatan khitbah di dalamnya. Namun, kembali lagi, jika perasaan yang bermain maka ini tidaklah adil. Bismillah.... semoga ini yang terbaik ya Allah....
Aisyah dengan maksud baiknya menawarkan sahabat nya kepada Ali. Namun karena berbagai faktor, maka tidak berjalan mulus seperti yang Aisyah harapkan. Komunikasi antara Aisyah dan Ali pun semakin sering terjadi. Apapun dibicarakan. Dan jujur saja Aisyah merasa nyaman dengan semua ini. Perasaan apakah ini ya Allah?? apakah aku adil ?? Gumam Aisyah di tengah kesunyian malam.
Ali dan Aisyah semakin dekat dan bahkan Aisyah sudah menganggap Ali sebagai kakak. Ali memang tidak memiliki adik. Sementara Aisyah selalu mendambakan mempuyai seorang kakak yang mempunyai pemahaman seperti dia. Ali dengan sifat kawakan dan humorisnya membuat Aisyah semakin merasa nyaman dengan Ali. Walaupun kedua nya belum pernah bertemu. Komunikasi hanya berlangsung lewat telfon saja.
Ali meminta Aisyah untuk menemukan seorang akhwat yang cocok dengan nya, dan Ali mempercayai hal tersebut kepada Aisyah, yang sudah dia anggap sebagai adik perempuannya. Aisyah menyetujui permintaan Ali, walaupun dengan perasaan yang sedikit menyakitkan, tapi sekali lagi Aisyah beristighfar kepada Allah, mengingat ikhwan yang sedang berproses dengannya saat ini. Sekali lagi, perasaan seperti apakah ini ya Allah...???
Setelah mencoba mencarikan seorang akhwat yang diinginkan oleh Ali, maka Aisyah pun memutuskan untuk mencoba mencari solusi ke seorang kakak. dan Alhamdulillah niat baik Aisyah di sambut baik oleh kakak tersebut.
Malam hari ketika Aisyah sedang berada di tempat kerja, bip.. bunyi pesan dari handphone Aisyah. Pesan dari seorang teman akhwat yang bernama Sari. Isi pesannya menanyakan perihal apakah si Ali telah mendapatkan seorang akhwat atau belum untuk bertaaruf dengannya. Aisyah menjawab Ali belum mendapatkannya. Sari pun menawarkan teman akhwat yang bernama Zahrah. Usaha untuk menyatukan Ali dan Zahrah pun mereka lakukan berdua. Namun hasilnya nihil. Ali tidak bisa menerima Zahrah dengan alasan tertentu. Mereka pun mengambil ibroh dari  kejadian ini. Jodoh Allah yang menetukan, manusia hanya bisa berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan bertawakkal kepadaNya.
Aisyah bertanya kepada Ali ditengah obrolan mereka pada suatu malam, kenapa belum ada kabar dari kakak tersebut yah. Apakah kakak tersebut sudah mendapatkan akhwat untuk Ali?. Beberapa hari kemudian, Aisyah memutuskan untuk menghubungi kakak tersebut menanyakan hal yang selalu dipertanyakan olehnya dan Ali. Aisyah terperanjat ketika kakak tersebut mengatakan kepada Aisyah bahwa Ali sudah berproses dengan akhwat. Aisyah pun mendengar khabar tersebut ada perasaan aneh yang muncul dalam hatinya, perasaan yang dapat membuat hati seorang akhwat yang lemah dapat menitikkan air mata. Apakah ini perasaan persaudaraan ataukah perasaan yang lain?? Rasa aisyah pecah jadi butiran, Ali masih sering saja mampir di otaknya, menemani sepinya menjadi karib, padahal ada janji yang telah ia terima. Hingga duka pecah malam itu juga. mengharap Ali berada dalam tempat yang abstrak, tidak jelas, tidak pasti, dunia yang lain, memintanya menimbang, tapi bersalah menepuk-nepuk nuraninya pada seorang ikhwan. tak adil baginya dan uraian kata maaf tak terbentuk dan suara untuk ikhwan itu, maafkan aku (Aisyah).
Aisyah segera mengkonfirmasi khabar ini ke Ali. dan benar saja, khabar itu benar. Aisyah pun merasa dirinya diperlakukan tidak adil oleh Ali, kenapa hal semacam ini tidak diberitahukan kepadanya. Ali pun menjelaskan kepada Aisyah bahwa suatu saat hal ini akan diberitahukan kepada Aisyah, namun bukan untuk saat ini, saat dimana antara Ali dan akhwat tersebut belum ada kepastian. Aisyah pun mengerti dan sedikit belum menerima. Perasaan macam apa ini Ali? jika harus mendengar berita baik bagimu. Dan aku tidak boleh menangis, tidak boleh memerah mata ini, tidak boleh bergetar bibir ini, tidak boleh mencuat wajah ini. Aku harus membiasa. Menjadi Aisyah yang biasa. Dan aku harus menganggapmu bukan Ali di dunia otakkau tapi Ali yang lain, berbeda. Aisyah harus berdamai dengan kenyataan. Mereka pun lalu membicarakan sudah sampai mana komunikasi antara Ali dengan Akhwat tersebut.
Suatu malam, Aisyah merasa kesepian, entah kenapa seharian dia murung, mukanya kusut, sampai-sampai teman-temannya menanyakan ada apa gerangan dengan dia. Aisyah mulai menekan toots handphone dan mencari nama Ali di phone contact nya. obrolan antara keduanya pun dimulai dengan ketidakceriaan Aisyah, spontan saja Ali menanyakan ada apa gerangan dengan Aisyah sahabatnya. Aisyah pun mencoba bercerita kepada Ali tentang perasaan yang ia rasakan selama ini, tentang ikhwan yang berproses dengannya, yang sampai saat ini belum juga mengkhitbahnya. Butiran itu kembali pecah malam itu juga tatkala Aisyah menceritakan kegundahannya kepada Ali. Perasaan Aisyah malam itu berpadu dalam butrian. Duhai Allah hamba tak ingin menyakiti hati seseorang. Tapi hamba juga tahu hamba tidak kuat. Hamba tidak kuat menyakiti dan menambah dalam perih luka dihati hamba sendiri. Berilah petunjukmu yaAllah... Aisyah dalam sujud malamnya.
Ali pun memberitahukan rencana kedatangan Ali ke rumah akhwat tersebut pekan depan. YaAllah.. apakah hal ini pun harus hamba ketahui. Aisyah dengan setianya mendengar cerita Ali. Namun dalam hatinya mencoba untuk menolak semua perasaan itu, perasaan yang membuat seorang ikhwan disana akan merasa tidak adil dengan sikap Aisyah seperti ini. Pembicaraan pun berakhir dengan sebuah katakata dari Ali "our relation will not be like this anymore, i will have family then, so you have to  pray for me about my process with her, and i will pray for you too" Aisyah tak mampu mengeluarkan sepatah katapun, dalam diam Aisyah mencoba mengiyakan kata-kata dari Ali. Tetaplah menjadi kakak ku Ali hingga kapanpun. Aisyah selalu mendoakan untuk kebaikan mu.
Begitulah cinta yang sering memunculkan keunikan didalamnya, hanya pemahaman yang dapat membungkusnya dan membuat seseorang menjadi ikhlas.
 
Convert By NewBloggerTemplates Wordpress by WpThemesCreator